Entri Populer

Selasa, 08 Desember 2009

Jalan Cinta Para Pejuang

Di sana ada cita dan tujuan

Yang membuatmu menatap jauh ke depan

Dikala malam begitu pekat

Dan mata sebaiknya dipejam saja

Cintamu masih lincah melesat

Jauh melampaui ruang dan masa

Kelananya menjejakkan mimpi-mimpi

Lalu di sepertiga malam terakhir

Engkau terjaga, sadar, dan memilih menyalakan lampu

Melanjutkan mimpi indah yang belum selesai

Dengan cita yang besar, tinggi, dan bening

Dengan gairah untuk menerjemahkan cinta sebagai kerja

Dengan nurani, tempatmu berkaca tiap kali

Dan cinta yang selalu mendengarkan suara hati

Teruslah melanglang di jalan cinta

Menebar kebajikan, menghentikan kebiadaban

Menyeru pada iman

Walau duri merantaskan kaki,

Walau kerikil mencacah telapak,

Sampai engkau lelah, sampai engkau payah

Sampai keringat dan darah tumpah

Tetapi yakinlah, bidadarimu akan tetap tersenyum

Di jalan cinta para pejuang. (Salim A. Fillah)

“Sesungguhnya dulu”, kata orang2 yahudi madinah, “Apabila nabi-nabi bani Israil menyebut nama seratus orang sebagai panglima, maka dipastikan mereka semua akan gugur. Jadi jika memang Muhammad seorang nabi, engkau wahai Zaid, pasti mati dalam perang ini.” Itu adalah perkataan para yahudi menjelang keberangkatan 3000 pasukan muslim yang akan menyongsong peperangan Mu’tah melawan 200.000 pasukan Romawi yang dipimpin langsung oleh kaisar Heraklius. Rosululloh telah menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai panglima perang pasukan muslim, dan Beliau telah bersabda, “Jika Zaid gugur, maka Ja’far ibn Abi Thalib yang akan memimpin pasukan. Jika Ja’far gugur maka Abdullah ibn Rawahah yang memegang bendera.”

Menjawab Perkataan kaum yahudi, Zaid berkata, “Tak setitik pun keraguan padaku bahwa dia seorang nabi, dan kata-katanya benar lagi dibenarkan dari langit tinggi!” Maka 3000 pasukan itu pun berangkat dengan diiringi ucapan perpisahan dari Rosul untuk para panglima perangnya, “ Sesungguhnya mereka yang menjadi panglima perang akan berguguran.”

Benturan pertama peradaban Madinah dengan Romawi ini diwarnai kisah2 agung gugurnya para panglima. Zaid bin Haritsah merangsek ke tengah musuh membawa bendera Rosululloh hingga puluhan tombak menyapa tubuhnya, memintanya untuk berhenti. Dan ruhnya segera disambut para malaikat penjaga surga. Ja’far segera meraih bendera dengan tangan kanannya hingga lengannya lepas tertebas pedang pasukan musuh dan mendahuluinya ke surga menjadi sayap berwarna hijau yang kelak dipakainya terbang ke manapun ia suka. Lalu dipegangnya dengan tangan kiri hingga tangan kirinya putus. Lalu didekapnya bendera itu di dadanya hingga seorang prajurit Romawi menebas tubuhnya, maka Ja’far pun segera terbang ke surga. Abdullah bin Rawahah, Penyair yang dicintai Alloh dan Rosulnya segera mengambil alih bendera dan maju ke tengah2 pasukan musuh, dan dengan segera menemui cita2 tertingginya, syahid di jalan Alloh. Segera setelah itu, Tsabit ibnu Aqrom Al Ajlani memungut bendera dan berteriak kepada Khalid bin Walid, “Demi Alloh, ambil ini Abu Sulaiman (julukan Khalid)!! Tidaklah aku mengambilnya kecuali untuk aku serahkan kepadamu!! Lalu Khalid pun mengambil bendera itu.

Di waktu yang bersamaan, dari atas mimbar masjid Nabawi di Madinah, sang Nabi dengan berlinangan air mata mengisahkan kegagahan tiga panglima perang yang diutusnya. Setelah air matanya sedikit terseka, Beliau bersabda, “Lalu bendera itu diambil oleh salah satu pedang diantara pedang-pedang Alloh. Dan Alloh memberikan kemenangan melaluinya.”

Itulah sekelumit kisah agung para sahabat Rosul. Betapa dahsyatnya kekuatan orang2 yang merindukan kematian 1:70 adalah jumlah yang sangat tidak seimbang, akan tetapi tanpa rasa ragu, para pahlawan itu tetap menyongsong kematian yang hampir dapat dipastikan akan terjadi, bahkan hembusan2 ketakutan yang ditiupkan para yahudi tidak mengurangi keyakinan mereka dan rasa rindu mereka terhadap Alloh A’zza wa Jalla, dan bahkan mereka bersegera untuk masuk ke dalam jajaran para syuhada. Semoga kita para mujahid dakwah jaman ini dapat meniru teladan yang indah ini, karena yang menjadi sumber kekuatan kita bukanlah jumlah yangm banyak, tetapi iman dan kesetiaan terhadap Alloh dan Rosulnya. Semoga Alloh mempertemukan kita dengan cita-cita tertinggi kita yang selalu terbayang dalam mimpi dan yang selalu kita idam2 kan, yaitu mati syahid di jalan Alloh, sehingga kelak kita dapat berjumpa dengan bapak Zaid bin Haritsah, bapak Ja’far bin Abi Thalib dan bapak Abdullah bin Rawahah lalu dengan perasaan yang mengharu biru kita katakana kepada mereka bahwa bahwa kita juga telah merasakan nikmatnya Syahid seperti yang mereka rasakan, lalu kita akan masuk bersama ke majelis Rosululloh di Surga dengan Keridhoan dari Alloh, Robb semesta alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar