Entri Populer

Selasa, 08 Desember 2009

Penyakit Kronis

“Likullim Marhatir Rijalu, Wa likullim Marhatim Masakiluh”
“Setiap Pahala ada Tantangannya, dan Setiap Pahala ada Masalahnya”

Ucapan Ustadz rahmat di atas telah menghentak dalam jiwaku. Membangkitkan suatu gelora yang seakan-akan ingin aku keluarkan dengan sepenuh jiwa, Pengabdian.
Betapa mulia orang menyeru kepada tuhannya dalam alam yang penuh fitnah yang menjadi penyakit kronis dalam tubuh umat ini, menggerogotinya dengan cepat tanpa ada perlawanan yang berarti, atau bahkan kita menikmati ketidak berdayaan itu. Sudah saatnya bagi para penyeru untuk membentangkan sayap gerakannya ke seluruh penjuru dengan amal nyata yang membuat para saudara setan kegerahan. Sayap yang dibangun dengan keringat, air mata, dan darah pengorbanan yang menjadikannya kuat sekuat harapan seorang ibrahim yang meninggalkan istri dan anaknya dalam padang pasir mekah, yang kelak melahirkan seorang nabi agung, penutup para rosul, Muhammad SAW.

Harus diperhatikan dengan seksama, setiap pahala itu ada masalahnya. Maka bersukurlah orang2 yang selama ini bergelimang dengan masalah-masalah dakwah yang menyebabkan dia harus tersungkur pada malam2 yang gelap untuk memohon petunjuk kepada Tuhannya atas kelemahan dirinya.

Wahai para pejuang dakwah, kembalilah pada asholah dakwah. Seruan yang indah, tetapi Apakah mungkin dakwah dapat berdiri tegak bila para kadernya masih sibuk untuk mendidik sesamanya agar menahan tangan dari nyampah sembarangan? ha..ha.. kader yang lucu. Sudah saatnya kita kembali pada benteng pertahanan kita. Para kader yang asyik berkampanye, berdemo, bersidang, berapat, maupun ber-ber yang lainnya tanpa mengindahkan untuk apa mereka melakukan itu semua, harus diberi peringatan atau bahkan tamparan agar mereka selalu ingat bahwa mereka ada di sana atas nama dakwah. Ha..ha.. atas nama dakwah juga seorang anggota dewan menerima telpon di saat sesepuh sebuah kampung menyampaikan kata sambutan dengan penghormatan kepada anggota dewan tersebut. Kemana etika itu??? Apakah dengan mudahnya seorang muda meludahi yang tua hanya karena orang muda tersebut anggota dewan?

Ketika seorang kader atau bahkan jamaah kader harus “menyuapi” dosennya untuk sebuah nilai akademis, maka sungguh, kiamat dakwah telah terdengar serunainya. Apakah mungkin sebuah bangunan yang indah disusun oleh batu bata yang remuk redam?

Oooh hati… Bersyukurlah engkau, karena engkau masih diberi pandangan yang jernih.

Seorang panitia yang menyembunyikan kupon doorprize dari peserta jalan sehat dengan tujuan agar panitia tersebut memiliki banyak kesempatan untuk mendapat kehinaan harta doorprize. ha..ha.. kader!kader! Bayangkan kalo orang seperti ini menjadi anggota dewan dari partai yang berjuluk partai dakwah. Bisa2 hancurlah bangunan yang telah didirikan dengan darah dan air mata para ustadz itu. Atau Ketika seorang Murobbi meminjam sedikit nominal uang kepada BINAANNYA untuk sebuah makan malam karena sang Murobbi lupa bawa dompetnya, lalu setelah beberapa tahun berlalu, sang Murobbi telah menjadi pimpinan tertinggi eksekutif di universitasnya, dan sang binaan telah mendapat murobbi baru, ternyata hutang itu masih tetap ada. Binaannya masih mengingat dengan jelas bahwa dulu, murobbinya pernah mengajarkannya agar dapat memegang amanah dengan baik. ha..ha.. sekali lagi, kader! kader!

Yah. Lelucon yang bernama kader itu semakin banyak di sekitar kita. Kemana kader yang sebenarnya? tidak adakah yang mengingatkan mereka? Sedih? tentu saja sedih, hatiku juga remuk. Tiga setengah tahun bukan waktu yang sedikit. Aku telah tau penyakit tubuh ini. aku sudah tau diagnosisnya, penyakit itu bernama Rakus, Sombong dan Saudara-saudaranya. Sebenarnya pendiri jamaah ini telah menemukan obatnya, yaitu keikhlasan dalam berjuang, kesabaran, pengorbanan, dan sekali lagi, kembali ke asholah dakwah.

Dalam sedih yang mendalam aku tulis blog ini. semoga orang yang membacanya mendapat manfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar