Entri Populer

Selasa, 08 Desember 2009

Sebuah Penantian

Duhai Robb, sungguh engkau yang maha mengetahui, betapa lelahnya hati ini menunggu hadirnya seseorang yang akan menjadi bagian dari perjuangan, yang memperkuat di saat aku lemah, yang mengingatkan di saat aku lupa, yang menghibur dan tersenyum ketika aku berduka, tempatku berkeluh ketika lelah dengan semua aktivitas, yang mampu menjadi dermaga bagi kerinduanku, yang mampu menangis bersamaku dan tertawa bersamaku, hingga nanti ketika ajal datang dengan indah mengakhiri perjuangan tiada henti di dunia, dan aku akan bersaksi, “Duhai Robb, dialah istriku yang telah mengabdi kepadaku karena Mu, aku ikhlas dan ridho atasnya, jadikanlah kami tetap berpasangan di surga Mu ya Alloh.”

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan, jika mereka miskin, Alloh akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Alloh maha luas pemberianNya lagi maha mengetahui.” (Q.S An Nur : 32)

“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Alloh memampukan mereka dengan karunia-Nya…” (Q.S.An Nur : 32)

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (Q.S. An Nur : 30)

Menikmati kebersamaan yang indah dalam satu ikatan pernikahan adalah dorongan hati dan keinginan dari manusia yang normal, dalam ikatan dengan tujuan yang mulia, membentuk generasi robbani yang berlandaskan cinta dan ketaatan kepada Alloh. fitrah yang terpenuhi, ketenangan yang dihasilkannya akan melecutkan semangat dan meledakkan potensi yang selama ini terpendam. Perpaduan dua jiwa, dua kepribadian, dua sifat, dua pemikiran yang menyatu karena menghindari maksiat dan menjaga kesucian sulbi mereka, Alloh…. Keindahan itu…. Ketenangan itu…..

Sungguh telah membuncah keinginan dalam hati ini untuk dapat bersama dengan orang yang akan engkau jodohkan denganku ya Alloh, meskipun saat ini aku tidak tahu siapa dia dan ada di mana dia. Aku hanya mampu untuk meminta kepada-Mu dengan segala kerendahan hati, “Tambahkanlah rezeki ku dengan yang baik, karuniakanlah kepadaku kemampuan sehingga aku menjadi orang-orang yang layak berkawin seperti dalam ayat-Mu di atas, berikanlah kepadaku kebijaksanaan seperti yang Engkau berikan kepada Lukman yang nasehat-nasehatnya engkau abadikan dalam Quran Mu yang mulia, berikanlah kepadaku kesabaran untuk taat kepadamu seperti kesabaran Ibrahim A.S yang rela mengorbankan semuanya untuk Mu, Berikanlah kepadaku kasih sayang dan kelembutan perilaku seperti yang engkau berikan kepada Muhammad SAW, Jadikanlah siapapun pasanganku nanti agar memiliki keteguhan hati seperti Siti Hajar yang tidak pernah berputus asa atas Rahmat-Mu, Jadikanlah ia seperti Siti Maryam yang pandai menjaga kesucian dirinya, dan jadikanlah ia seperti Siti Khadijah yang selalu setia mendukung dan membela semua perjuanganku. Oh Alloh… Temukanlah kami di jalan dakwah, dan istiqomahkan kami di jalan itu, karuniakanlah kepada kami anak-anak yang soleh yang mendoakan kami dengan doa yang baik, yang mampu menjaga rantai dakwah yang berkesinambungan ini, yang memiliki akhlak mulia dan menjadi salah satu mujahidmu, sehingga kami menjadi tenang karenanya.”

“Ya Alloh…. Kuatkanlah hati ini agar dapat sabar hingga nanti ketika ku songsong gerbang pernikahan yang penuh barokah. Oooh…. Alangkah susahnya menjaga kesucian di tengah deras arus kemaksiatan yang siap mengincar setiap manusia yang lengah, di tengah manusia yang membuka inchi demi inchi kehormatannya yang seharusnya ia tutup dan persembahkan hanya untuk suaminya kelak, di tengah permainan setan yang menggoda hati ini untuk bermain-main dengan perasaan sebelum godaan fisik. Alloh… berat ya Alloh, sungguh sangat berat…. Karuniakanlah kepadaku bashiroh sehingga aku dapat memisahkan mana yang murni dan mana yang bercampur noda, sehingga aku dapat menghindari jebakan setan terlaknat yang selalu mendorong hati ini berzina dengan semua perasaan yang ada.”

“A’udzu billahis Sami’il Aliimi minasy syaithoonir rojiim”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar