Entri Populer

Rabu, 02 Februari 2011

Semangat Menjemput "Rezeki"

Tadi siang di sela-sela kegiatan pembekalan masuk koas, aku sempat ngobrol-ngobrol sama miko tentang pernikahan, memang selama ini dialah yang jadi tempatku berdiskusi dan meminta pendapat mengenai berbagai hal, bukan saja karena dia teman baikku, tapi juga karena pengalamannya yang lebih banyak dan yang paling penting, dg statusnya sebagai mahasiswa KG, dia telah berkeluarga dan telah memiliki dua orang anak.

Awalnya Cuma cerita-cerita tentang pernikahan, tentang konsepku mencari pasangan, dan kegalauan yang sedang aku hadapi, eh tiba-tiba si miko ngasih tantangan, “Rul, kalo kau nak nikah, aq berani bantu kau, aku bantu mas kawinnyo nah, tapi tawaran aku Cuma berlaku 40 hari dari sekarang, cak mano? Hahahahaha…” dalam hatiku, “sialan, wong cuma nak cerito biar kegalauan berkurang, eh malah ditantangnyo, tambah bikin galau be. Hahahaha…”

Tapi tadi pas di perjalanan pulang, aku pikir-pikir apa yang selama ini sering miko bilang, bahwa dalam Quran, Alloh menjamin rizki orang-orang yang hendak menikah. Bila orang itu miskin, Alloh akan memampukannya dengan karunia-Nya. Di satu sisi aku amat percaya dengan Firman Alloh itu, tidak ada sedikitpun keraguanku atas ayat itu, tapi di sisi lain aku jadi ingat ucapan bapakku dulu ketika aku bertanya mengandai2 jika aku menikah pas masih mahasiswa, kata bapakku, “Bapak gak ngelarang kamu nikah sekarang, tapi kalo kamu udah nikah, kamu harus bisa bertanggung jawab atas dirimu sendiri dan keluargamu, seluruh biaya hidup dan sekolahmu di KG kamu sendiri yang nanggung.” Hah……. Semakin galau saja hati ini. Bukannya aku tak pernah berusaha, aku sudah mulai belajar bisnis sejak semester2 awal kuliah. Jualan alat, cd kuliah, gantungan kunci, dllyang sebenarnya hasilnya cukup besar walaupun secara musiman. Sebagian besar hasil bisnis aku tabung, tapi dengan kesibukanku sebagai aktivis, selalu saja tabungan itu habis untuk keperluan2 yang tidak terduga. Hal inilah yang sedikit banyak membuatku agak keder juga untuk merealisasikan rencana menikah ketika masih mahasiswa. Aku selalu dihantui pertanyaan “apa aku mampu bertanggung jawab secara penuh terhadap keluargaku jika aku menikah sekarang?” Aku yakin Firman Alloh selalu benar, hanya saja mungkin selama ini keberanian, usaha, dan doaku yang kurang maksimal, sehingga selalu saja aku merasa sulit untuk merealisasikan pernikahan itu.

Malam ini ba’da maghrib, tiba-tiba entah mengapa semangatku memuncak. Aku melihat miko, mas Agus, mas Dhani, mereka saudara-saudaraku yang telah berhasil menikah ketika mereka kuliah di KG. Aku berpikir, jika mereka mampu, lalu kenapa aku tidak? Tiba-tiba saja aku berpikir, alangkah naifnya aku jika harus menyerah tanpa perlawanan sekuat tenaga. Janji Alloh begitu dekat dan nyata, lalu kenapa aku tidak berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi janji-Nya? Tiba-tiba aku berazzam, dalam satu tahun ini aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengumpulkan uang di sela-sela kesibukan koas dan kesibukan lainya. Masalah apakah kemudian Alloh mentakdirkan Aku menjemput jodohku tahun depan atau tahun depannya lagi atau tahun depannya lagi, itu urusan belakangan, yang penting aku usaha semaksimal mungkin. Ya, amanah koas, amanah sekjen PSMKGI, amanah membina sekolah, dan mencari rizki. Why not?

“Ya Alloh, jika Rizkiku ada di dalam bumi, keluarkanlah dengan rahmat-Mu,
Dan jika rizkiku ada di atas langit, turunkanlah dengan rahmat-Mu,
Sesungguhnya Engkaulah yang maha memberi rizki.”

2 komentar: